
Di antara begitu banyak tenunan khas dan kerajinan anyaman yang dimiliki
Sulawesi Tenggara, terdapat satu kerajinan susun benang yang istimewa.
Kendari Werk adalah seni penyusunan helaian perak atau emas menjadi perhiasan khas Sulawesi Tenggara. Kendari werk sendiri berasal dari bahasa Belanda yang bermakna ”Karya Kendari”. Ini merupakan salah satu jenis kerajinan perak dengan teknik filigree, yaitu metode yang jarang ditemui di sentra kerajinan perak lainnya di negeri ini.
Keistimewaan kerajinan ini adalah dibuat dengan komposisi perak yang tinggi, minimal 97 % sementara sisanya bahan lain seperti kuningan atau tembaga yang digunakan hanya untuk mematri. Teknik membuatnya adalah merangkaikan benang perak halus ke dalam kerangka atau bingkai yang juga berbahan perak. Benang dibentuk sesuai motif yang diinginkan sehingga menghasilkan kerawang yang halus, detail, dan rumit.
Konon, kesenian ini diciptakan oleh seseorang bernama Djie A Woi pada awal abad ke-20 yang terinspirasi oleh jaring laba-laba yang indah. Kemampuannya membuat hasil karya seni tersebut cukup terkenal pada masa kolonial sehingga beberapa karyanya sempat dikirim ke Ratu Belanda dan Ratu Inggris. Beliau mendapat pujian berupa piagam yang sayangnya telah hilang pada masa penjajahan Jepang.
Kendari Werk adalah kerajinan yang rumit. Pertama logam, berupa perak, dileburkan dengan suhu tinggi. Setelah mencair, logam dicetak menjadi batangan kecil yang kemudian ditempa sampai setipis benang. Menempa sebuah batang logam bisa memerlukan waktu hingga setengah hari. Setelah mendekati setipis benang, logam lunak tersebut ditarik melalui alat cetak dengan berbagai ukuran diameter benang.
Logam yang berupa helaian benang dicetak untuk mencapai ukuran-ukuran yang diinginkan, kemudian disusun sesuai desain yang telah disiapkan. Tidak cukup sampai di situ, prosesnya berlanjut dengan teknik pewarnaan dengan menaburkan bubuk perak dan direkatkan dengan cara dibakar. Proses ini dilakukan beberapa kali dengan bantuan berbagai cairan perekat, cairan pendingin, dan air keras agar warna perhiasannya berkilat. Proses ini juga disertai pengikiran agar hasil akhir tampak halus dan indah.
Setiap hasil karya berbeda satu sama lain karena proses dari awal hingga akhir dilakukan secara manual. Keinginan, ketekunan, dan cita rasa seni adalah tiga hal yang membuat setiap perhiasan Kendari Werk ini istimewa. Oleh karena itu, setiap pekerja keterampilan ini selayaknya disebut sebagai artist atau pekerja seni.
Ironisnya, teknik filigree atau jenis perhiasan kerawang ini lebih berkembang di luar wilayah Sulawesi Tenggara. Jenis pembuatan perhiasan ini banyak ditemui di Kotagede dan Makassar. Bahkan sempat ada sebuah masa saat para seniman Kendari Werk yang telah meninggalkan Kendari karena kurangnya permintaan pasar lokal atas perhiasan tersebut akhirnya dipanggil kembali untuk melatih masyarakat lokal.
Meskipun kerajinan ini belum mengakar kembali seperti masa jayanya dulu namun kehadirannya kembali di tanah penciptaannya adalah usaha yang patut diapresiasi karena tanah Kendari mengembalikan salah satu kebudayaan uniknya. Kini, pembuatan kerajinan tersebut dapat ditemui di Deskranasda, Kendari.
“Jadi, kerajinan ini termasuk kerajinan Indonesia atau kerajinan China?” Pertanyaan ini sempat membuat Wanta, seorang pengrajin Kendari Werk kesohor dan telah bekerja dari tahun 1985, tertegun baru kemudian menjawab, “Yang mengawali memang orang China tapi karena dibuat di Indonesia oleh pengrajin Indonesia maka jadilah ini kerajinan Indonesia”.
Kerajinan kendari werk memang tidak mudah ditemukan. Tempat yang masih rutin memproduksi serta memasarkan kerajinan tersebut adalah Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Sulawesi Tenggara. Anda dapat pula menemukannya di Dekranasda Kendari, kios di Bandara Haluoleo, atau di toko penjual oleh-oleh di Kendari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar